Saturday, March 16, 2013

Apartemen di Jaktim diduga jadi transaksi prostitusi online

Saat menggeruduktiga gadis belia di Apartemen Casablanca East Residence, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, salah satu warga bernama Koster Megio Kaudis mengaku sempat melihat satu perempuan yang diduga mucikari. Menurut warga, pelaku biasanya menggunakan situs semprotlagi.com untuk transaksi.

"Informasi sudah ada 2 minggu kalau di tempat (apartemen) itu sering ada transaksi prostitusi online, Blok BA lantai 10 no 1. Dikamar ini ada 4 cewek, 1 berhasil kabur," kata Koster Megio Kaudis (42), di Kantor Polres Jakarta Timur, Jakarta, Jumat (15/2).

Menurut Koster, penggerebakan yang dilakukan warga sudah berkoordinasi dengan aparat terkait. "Kami sudah lapor sama sekuriti apartemen, orang Polsek, sama warga juga. Penggerebakan terjadi jam 12.00 WIB, ada laptopnya 1," imbuhnya.

Di tempat yang sama, Kepala Sub-Bagian Humas Polres Jakarta Timur, Kompol Didik Hariyadi mengatakan saat ini 3 gadis tersebut masih berstatus saksi. Polisi akan memintai keterangan ketiga gadis tersebut.

"Kami masih berikan status saksi buat 3 gadis tersebut karena mereka korban, masih dalam pemeriksaan hingga kini. Kalau dari info penyidik yang diduga mucikari sudah di luar kota terlihat Global Positioning System (GPS) alat elektronik miliknya," ujar Didik.

Banyak kos-kosan di Cianjur dijadikan tempat mesum

Pemkab Cianjur, Jabar, melalui Kantor Satpol PP dan Linmas, segera mengawasi kos-kosan yang diduga dijadikan tempat prostitusi terselubung di wilayah perkotaan.

Kabid Penertiban Umum Satpol PP Pemkab Cianjur, Teguh Dalu, Selasa (19/2) mengakui, keberadaan kos-kosan di berbagai wilayah yang jumlahnya terus menjamur seiring bertambahnya perusahaan, pabrik dan lembaga pendidikan.

"Kami pernah mendengar kabar ada sejumlah kos-kosan yang dijadikan tempat prostitusi terselubung, namun informasi itu perlu pendalaman lebih jauh, sehingga kami belum bisa melakukan tindakan, katanya.

Namun menyikapi hal tersebut, pihaknya akan melakukan pengawasan terhadap keberadaan kos-kosan tersebut, baik terkait indikasi pergaulan bebas atau mengenai kelengkapan perizinannya.

Pasalnya ungkap dia, rumah kos-kosan yang memiliki kamar di atas 10 unit, akan dikenakan pajak daerah, namun terkait hal tersebut, pihaknya terlebih dahulu akan melakukan pendataan langsung ke lokasi.

"Kami menilai masih ada pemilik kos-kosan yang kena pajak namun belum memenuhi kewajibannya. Terkait hal tersebut perlu koordinasi antar dinas. Kalau mengenai keberadaan kos-kosan memicu tingginya pergaulan bebas, masih perlu pembuktian di lapangan," ujarnya seperti dikutip Antara.

Sementara itu, informasi dihimpun, berbagai kalangan di berbagai wilayah yang terdapat rumah kos-kosan, mengaku resah dengan pergaulan yang cenderung bebas di lingkungan kos-kosan tersebut.

Sehingga warga yang tinggal di lingkungan kos-kosan, meminta pemerintah dan aparatur terkait untuk meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas di lingkungan kos-kosan tersebut.

"Kalau perlu ada razia rutin untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kos-kosan yang dilakukan pihak yang tidak bertanggungjawab. Kami sudah cukup gerah dengan keberadaan kos-kosan mesum ini," ungkap Maman (35) warga Jalan Siti Jenab, Cianjur.

Dia menambahkan, penghuni kos-kosan yang menjamur di berbagai wilayah perkotaan, membuka ruang kebebasan bagi penghuninya yang dominasi kalangan pelajar dan mahasiswa.

"Harapan kami ada pengawasan ketat dan aturan yang jelas agar kebebasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan di rumah kos tidak menyimpang apalagi sampai dijadikan tempat prostitusi terselubung," tandasnya.

Tahun ini, 3 lokalisasi di Surabaya ditutup

Pemerintah Kota Surabaya tahun ini akan menutup tiga lokalisasi yakni Tambak Asri pada April 2013, Klakah Rejo pada Agustus 2013, dan Sememi pada Desember 2013. Sementara, lokalisasi Dolly akan ditutup pada 2014.

"Untuk Lokalisasi Dolly dan Jarak diagendakan tutup pada 2014," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Jumat (1/3).

Menurutnya, jumlah PSK dan mucikari di Surabaya tiap tahun mengalami penurunan. Hal itu dikarenakan adanya kesepakatan tentang larangan penambahan PSK baru.

"Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan juga terus melakukan pemantauan. Jika ketahuan ada WTS baru, maka wisma yang bersangkutan akan ditutup," katanya seperti dilansir Antara.

Dia mengatakan, data terbaru pada 2012 jumlah WTS yang teridentifikasi sebanyak 2.117 orang dan mucikari 584 orang. Sebagai pembanding, pada 2008 jumlah WTS 3.518 orang dan 915 mucikari.

Pihaknya berjanji tidak akan lepas tangan setelah lokalisasi ditutup. Pihaknya akan terus memantau dan mendampingi para mantan PSK dan mucikari. Dia mengatakan, berdasarkan pantauan pihaknya, banyak mantan PSK dan mucikari yang beralih menekuni usaha kecil atau pulang kampung setelah lokalisasi ditutup.

"Saat ini wanita harapan (WTS) sudah banyak yang menerima orderan membuat souvenir dan oleh-oleh khas Surabaya. Dalam waktu dekat, kami juga akan membangun pasar serta sentra PKL di Tambak Asri agar mereka bisa berjualan di situ," katanya.

Untuk mengantisipasi berpindahnya tempat lokalisasi, pihaknya mengaku akan mengantisipasinya dengan menggencarkan razia di tempat hiburan malam.

"Langkah pencegahan juga dilakukan dengan rajin sosialisasi ke sekolah-sekolah tentang HIV/AIDS dan dampak buruk seks bebas serta razia WTS ilegal yang mangkal di mal-mal," katanya.

Puluhan PSK di Tulungagung 'terlantar'

Puluhan pekerja seks komersial (PSK) yang dulu menghuni dua eks-lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur kini terlantar. Puluhan PSK itu tak lagi mendapat pendampingan atau pembinaan dari pemerintah daerah.

Pihak Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) dan Badan Pemberdayaan Perlindungan Perempuan Anak dan Keluarga Berencana (BP3KB) sama-sama menolak bertanggung jawab terhadap re-sosialisasi puluhan PSK Ngujang dan Kaliwungu tersebut. "Penanganan PSK sudah tidak menjadi kewenangan Disosnakertrans," kata Sekretaris Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) Tulungagung, Zainal Mukhodim.

Ia berdalih, pengawasan dan pembinaan para PSK penghuni eks-Lokalisasi Ngujang maupun Kaliwungu bukan tanggung jawab mereka. Menurutnya, penanganan PSK itu masuk program pengentasan di bawah komando Badan Pemberdayaan Perlindungan Perempuan Anak dan Keluarga Berencana (BP3KB).

Di Tulungagung sudah tidak ada lagi lokalisasi sehingga program pembinaan maupun pemberdayaan mantan penghuni dua sentra pelacuran terbesar di daerahnya itu tidak lagi dijalankan. "Program resosialisasi (mengembalikan fungsi sosial mereka) PSK sejauh ini sudah dijalankan, tapi jika orangnya sudah tidak ada tentu kami juga tidak bisa melakukan apa-apa, dan ini menjadi tanggung jawab semua pihak, bukan hanya BP3KB," kata Ketua Tim Resosialisasi PSK BP3KB Tulungagung, Winarno

Dari dua eks-lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu tercatat ada sekitar 40 PSK yang berdomisili asli di Tulungagung. Dari jumlah itu, 27 orang di antaranya telah memiliki kegiatan alih profesi, sementara 13 sisanya tidak terdeteksi atau tidak diketahui keberadaan dan aktivitasnya.

"Ada kemungkinan mereka masih menjalani profesi lama (sebagai PSK)," ujar Winarno.

Di sekitar bekas bangunan lokalisasi Ngujang dan Kaliwungu, aktivitas bisnis prostitusi sampai saat ini masih terlihat. Meski tidak lagi dilakukan secara terang-terangan, di rumah-rumah bordil sebagaimana saat dua eks-lokalisasi ini masih eksis, praktik pelacuran masih mudah ditemukan dengan cara terselubung.

"Iya masih ada memang, beberapa waktu lalu juga ada yang ditangkap satpol PP karena prostitusi liar," ujar Herlambang, warga sekitar eks-Lokalisasi Ngujang, Kecamatan Ngantru

Razia temukan sepasang pelajar SMAN 'ngamar'

Polresta Banjarmasin melakukan razia penyakit masyarakat (Pekat) untuk meminimalisir tindakan pelanggaran hukum. Ketika menggerebek sebuah penginapan di kawasan kampung Melayu, Banjarmasin, petugas menemukan sepasang pelajar 'ngamar' melakukan perbuatan mesum.

Dalam pengakuannya, pasangan yang berinisial YS (17) dan OP (17) itu merupakan siswa kelas 3 di salah satu SMA Negeri di kawasan Belitung Banjarmasin. Selain pasangan pelajar mesum itu, petugas juga menggiring lima pasangan lainnya yang bukan pasangan sah atau bukan suami istri.

"Kegiatan ini harus terus dilakukan dengan tujuan untuk memelihara keamanan dan ketertiban di masyarakat di wilayah hukum Polresta Banjarmasin agar selalu dalam keadaan kondusif," kata Kepala Satuan Sabhara Polresta Banjarmasin, Kompol Haryono MT seperti dikutip Antara, Minggu (10/3).

Para pasangan mesum itu dibawa ke Satuan Sabhara Polresta Banjarmasin untuk dilakukan pendataan dan pembinaan, jika memenuhi unsur tindak pidana ringan maka akan di sidangkan.

"Seharusnya pemerintah setempat tanggap dan turun tangan untuk melakukan penindakan terhadap penginapan tersebut, sebab sering kali ditemukan pelajar dan mahasiswa sedang mesum, karena itu sudah jelas dari berita di media cetak maupun elektronik serta laporan masyarakat yang masuk," kata Haryono.

Di pulau terluar Indonesia ada juga komplek pelacuran

Di kawasan terluar Indonesia rupanya tak bebas dari prostitusi. Pergaulan pun cukup bebas sehingga membuat pemerintah geleng-geleng kepala.
Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Nunukan Kaltim menemukan satu keluarga di Pulau Sebatik menderita AIDS.
Staf pada Bidang Penanggulangan Masalah Penyakit dan Bencana Dinkes Nunukan, Suriani, Jumat, mengatakan selama 2013 ini terdapat tujuh orang penderita AIDS baru ditemukan.
Ketujuh orang itu, lanjut dia, empat orang berada di Pulau Sebatik yang merupakan satu keluarga terdiri orangtua dan dua anaknya, dan tiga orang di Kecamatan Nunukan.
"Temuan itu pada bulan Januari dan Februari (2013) melalui laporan dari Puskesmas Nunukan dan Sei Nyamuk Pulau Sebatik," ujar Suriani yang juga tim konselor KPAD Nunukan. Demikian dikutip antara.
Sebenarnya, ketujuh orang ini telah lama mengalami penyakit yang mematikan tersebut tetapi baru diketahui setelah memeriksakan diri di puskesmas.
Suriani menjelaskan, alasan penderita enggan memeriksa diri ke puskesmas atau rumah sakit adalah malu kepada sanak keluarga dan masyarakat sekitarnya jangan sampai dikucilkan.
"Jadi ini persoalan stigma, takut dikucilkan sehingga tidak mau memeriksakan diri selama ini," bebernya.
"Mereka ini penderita lama tapi baru terdeteksi karena baru memeriksakan diri di puskesmas," ujarnya.
Kepada ketujuh penderita AIDS ini, dia mengatakan telah dilakukan pengobatan intensif dan merujuk ke RSUD Nunukan yang dianggap sudah parah. Kedua orangtuanya telah dirujuk ke rumah sakit di Tawau Malaysia atas permintaan keluarganya sementara anaknya hanya diobati intensif.
Sedangkan tiga orang lainnya yang berada di Kecamatan Nunukan sendiri, kata dia, satu orang masih menunggu hasil pemeriksaan spesial penyakit dalam, satu orang dirujuk ke rumah sakit di Tawau Malaysia atas permintaan keluarganya dan satu orang lagi yang telah dipastikan menderita AIDS dalam pengawasan Dinkes Nunukan.
Suriani menegaskan, ketujuh penderita AIDS yang ditemukan pada 2013 ini semuanya disebabkan oleh pergaulan seks bebas dimana pada kedua pulau (Nunukan dan Sebatik) pergaulan sangat bebas.
"Di Pulau Nunukan ini kan ada lokalisasi seks yang di Jalan Persemaian. Begitu juga di Pulau Sebatik terdapat kompleks minum minuman keras yang tentunya tidak terbebas dari pergaulan seks," jelasnya.
Menurut Suriani, dari tujuh penderita AIDS yang terdeteksi tersebut lima orang dinyatakan telah stadium dua dan tiga sedang dua orang yang masih usia balita di Pulau Sebatik masih stadium satu.

Tuesday, March 12, 2013

Prescription Corporal strong Subagyo 15 minutes beaten army one company!

Solo military know how strong Subagyo Cpl. Imagine, he was able to run 24 hours. Hes strong push up 21 hours 40 minutes. Not quite up there. Ever, the TNI Day, October 5, 2011, Subagyo commit extreme acts in front of dozens of people and rickshaw pullers around SD Marsudirini Solo. He drank brake fluid, water bath chili, and deadly cigarette fire by chewing.
Resep Kopral Subagyo kuat 15 menit dipukuli tentara satu kompi!
Places that only lasts 15 minutes, Bagyo start by drinking brake fluid attraction, then bath with water mixed with a pestle and mortar chili. After that went to dozens of rickshaw pullers Bagyo holding lit cigarettes and the cigarettes, one after the other and then turn off the fire by chewing. Even more astonishing, once in commemoration Ambarawa Juang Kartika in 2010, Corporal Subagyo, beaten by colleagues of the company. If the TNI, a company of about 100 soldiers.

I ask teens military police to beat me," said Subagyo. According to Subagyo, there is a company of soldiers who beat him, up to 15 minutes. He was able to survive! So, what is the secret Corporal Subagyo be that powerful? Subagyo claimed to have no knowledge of black magic or any immune. While shirtless and showing off his chest moving, chattering Subagyo, excess because he has behaved healthy life every day. Eat regularly, four of five perfectly healthy, said Subagyo to merdeka.com at his residence, Kadipiro, Solo

But of course there are recipes in addition to regular eating four of five perfectly healthy. Corporal Subago slowly unlock the secrets. What is it? This is the secret: drinking egg yolk and egg white village 15 grains a day. Certainly not just eat to maintain stamina affairs. He also ran diligent exercise and karate. Subagyo now registered as the holder AND II karate. Other recipes are practicing discipline. Without it, Subagyo will not get the title of strong soldier, a great soldier

Begini Cara Jokowi Lepaskan Diri dari Hercules

Begini Cara Jokowi Lepaskan Diri dari Hercules"Itu ada yang jatuh, uangnya siapa tuh?" Kalimat itu sontak membuat belasan wartawan di kompleks parlemen Senayan, Ahad 10 Maret 2013, yang mengerubunginya menengok ke bawah. Mereka bisa saja akan terus mencari-cari jika saja tak terdengar suara tawa dari pengucap kalimat tadi.

"Aaah… Bapak bisa saja nih," ujar seorang wartawan, yang diikuti tawa lainnya.

Begitulah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil melepaskan diri dari desakan untuk memberi pernyataan tentang penangkapan Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Baru Hercules Rozario Marshal. Wartawan memburu pernyataan Jokowi karena organisasi dan tokohnya itu memang pernah membantu dia dan pasangannya, Basuki T. Purnama, dalam kampanye pemilihan gubernur tahun lalu. Bahkan Hercules hadir dan duduk di bangku VIP saat pelantikan Jokowi dan Basuki  sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI di ruang sidang paripurna DPRD DKI, Oktober tahun lalu.

Jokowi sebenarnya sudah sempat menjawab. "Itu tanya ke Pak Kapolda," katanya.

Tapi wartawan tak puas atas sepenggal kalimat itu. Begitu pun pernyataannya bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selalu membantu kepolisian dengan mengerahkan petugas Satuan Polisi Pamong Praja di beberapa titik, seperti pasar dan terminal.

Lantaran Jokowi terus didesak untuk menyampaikan sikapnya, terjadilah pengecohan uang jatuh itu.

Sebelumnya, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) menyatakan bersedia memberi bantuan hukum bagi Hercules. "Orang biasa saja akan kami bantu kalau membutuhkan pengacara," kata Ahmad Muzani, sekretaris jenderal partai yang memasangkan Basuki T. Purnama sebagai Wakil Jokowi.

Adapun Basuki mengaku terkejut mendengar penangkapan itu. Basuki—akrab disapa Ahok—juga menyatakan tidak terlalu mengenal sosok Hercules. Pertemuan keduanya disebutkan terakhir kali pada 20 Februari 2013 di Balai Kota DKI. "Saya tidak begitu kenal. Yang aku tahu dia baik, usahanya juga bagus," katanya kepada kantor berita Antara.

Sebelumnya Polda Metro Jaya menangkap Hercules dan puluhan anak buahnya, Jumat petang lalu, 8 Maret 2013, gara-gara mereka merusak rumah toko milik PT Tjakra Multi Strategi di Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Polisi menuduh Hercules dan kelompoknya memeras di ruko tersebut. Hercules dijerat pula dengan pasal menghasut, pengeroyokan, kepemilihan senjata tajam, dan melawan petugas yang sah. Polisi menyebut Hercules ditangkap karena ada laporan dari masyarakat bahwa dia memeras.

Sulap kotoran sapi jadi parfum, 2 siswa dikirim ke olimpiade

Sulap kotoran sapi jadi parfum, 2 siswa dikirim ke olimpiade
Dua siswa kelas XI IPA SMA Muhammadiyah Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Dwi Nailul Izzah dan Rintya Miki Aprianti akan mewakili Indonesia pada olimpiade internasional "International Environment Project Olympiad" (INEPO) di Istanbul, Turki. Ajang itu akan dilaksanakan pada 17-20 Mei 2013.

Menurut Kepala Bagian Humas Pemkab Lamongan Muhamad Zamroni, kedua siswa itu mewakili Indonesia setelah melakukan penelitian ilmiahnya berjudul "Limbah Peternakan Sapi" sebagai pengharum ruangan ramah lingkungan. Karya ilmiah itu mengalahkan 1.000 peserta dalam ajang "Indonesian Science Project Olympiad" (ISPO) yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Februari 2013.

"Sukses itu membawa keduanya menjadi wakil Indonesia di ajang internasional yang akan berlangsung di Turki," kata Zamroni seperti dilansir dari Antara, Minggu (10/3).

Sementara itu, Dwi Nailul Izzah mengaku karya ilmiahnya itu menjelaskan tentang pengolahan limbah kotoran (feses) sapi menjadi cairan pengharuman ruangan dengan aroma alami tumbuh-tumbuhan. "Pengharum ruangan yang kami hasilkan murni berbau alami seperti tumbuhan yang menjadi makanan sapi, bukan karena ditambahi dengan bahan kimia agar bisa berbau wangi," katanya.

Dalam karyanya, kedua siswa itu juga membuat kajian ekonomi mengenai pangsa pasar produk pengharum ruangan tersebut. "Pengharum ruangan ini sehat karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya, seperti "benzo acetan" layaknya produk pengharum yang ada di pasaran, dan juga ekonomis karena ongkos produksinya sangat murah, yakni Rp 21 ribu untuk kemasan 225 mililiter," katanya.

Sementara, untuk produk pengharum ruangan di pasaran harganya mencapai Rp 39.900 untuk kemasan 275 gram. Oleh karena itu, pihaknya akan segera mengajukan hak paten atas karya itu, sebab sesuai hasil pantauan kedua siswa di situs Dirjen Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) belum ada paten produk sejenis.

"Karena itulah, karya kami nampaknya berpeluang besar untuk bisa mendapatkan hak paten," ucapnya.

Sementara Bupati Lamongan Fadeli berharap karya ilmiah kedua siswa tidak hilang ditelan bumi. Ke depan harus ada upaya implementasi dengan bekerja sama pihak ketiga untuk pemasarannya.

"Peluang mereka di ajang internasional juga cukup terbuka melihat hasilnya yang cukup bagus, dan sangat berpotensi bisa memenangkan di ajang internasional," katanya.

Sementara itu, Dwi Nailul Izzah merupakan siswi kelahiran Pucuk, Lamongan, 14 Desember 1996, dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Haris A Salim dan Zayyaroh. Sedangkan Rintya Miki Aprianti lahir di Jambi pada 17 April 1996 yang merupakan putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Maliki dan Juwami.

Hundreds Dead Pig Floating on the River

More than 900 pigs found dead floating in the Huangpu River in Shanghai. In fact, the river is is one source of drinking water for the citizens of the city of Shanghai. Hundreds of dead pigs found in Chinese river Shanghai authorites have retrieved more than 900 dead pigs from a local river and are Investigating what may be Causing the Deaths. Reports of the existence of the carcasses have been received by the authorities since early last week. Efforts to remove the carcasses that can only be done during the day for doing it at night would be very dangerous. About where the origin of the pig carcasses, are still being investigated. So far, there is no evidence that the carcasses were deliberately discarded or animal epidemic. As stated by the agricultural committee of Shanghai as quoted Yahoo! News. The test results showed that the water quality of the river is not affected. However, to ensure the safety of drinking water, authorities have pledged to tighten and intensify testing the cleaning.

Thursday, March 7, 2013

Voices of women in technology

A diverse workforce is critical in helping us build products that can help people change the world. That includes diversity of all life experiences, including gender.



Women were some of the first programmers and continue to make a major impact on the programming world today. We think it’s important to highlight the great work women are doing in computer science, to help provide role models for young women thinking about careers in computing.



Tomorrow is International Women’s Day, and as one of our contributions to the celebration, we’re proud to support Voices Global Conference, presented by Global Tech Women. As part of this 24-hour live streamed event, Google will provide more than a dozen hours of free talks featuring women working in computer science, beginning today. To access the full schedule and our ongoing broadcasts, see our section on the Voices website, which will be updated throughout the day.



The Voices Global Conference is the brainchild of Global Tech Women’s founder Deanna Kosaraju, who also started India’s Grace Hopper Celebration of Women in Computing in 2010 with grant support from Google. The India conferences, which provide a forum for women to share their professional and research work in computing, have grown rapidly, with more than 800 attendees in 2012. So when Deanna proposed this global, 24-hour streamed conference, we knew it was a great opportunity to help women and other audiences around the world learn more and get inspired about the contributions women are making to technology and computer science.



Our sessions will feature a range of material, from new episodes of the Women Techmakers series and interviews with women leaders like the head of Lexity India Mani Abrol, to discussions focusing on technologies like Google Compute Engine. For a sneak peek of the type of content we’ll be providing, check out Pavni’s story below, produced in conjunction with PBS’ MAKERS series. I’ve provided advice to many young people in India interested in studying computer science and pursuing their own dreams—so Pavni’s tenacity, coupled with the encouragement and support she received from her father, resonated with me. We’re excited to share her story and others like it alongside technical conversations and discussions on women in technology as part of this conference.







I hope you’ll join us for our sessions—and in the meantime, you can learn more about our efforts to support women at Google and beyond.



Art, Copy & Code: a series of experiments to re-imagine advertising

Last year, we started a program to partner with advertisers and agencies to re-imagine how brands tell stories in a connected world. Project Re: Brief set out to recreate some of the advertising industry’s most iconic, classic campaigns using the latest technology tools. This year we’re expanding that program to work with some of today’s most iconic brands and innovative marketers, in our new project: Art, Copy & Code.



Art, Copy & Code is a series of projects and experiments to show how creativity and technology can work hand in hand. Some of these will include familiar brands like Volkswagen, Burberry and adidas—projects developed in partnership with their creative teams and agencies. Others will be creative experiments with innovative filmmakers, creative directors and technologists to explore how brands can connect with consumers through a whole range of digital tools—including ads, mobile apps and social experiences. Our first partner project is a new social driving experience—Volkswagen Smileage.



Building off their 2012 campaign, “It’s not the miles, it’s how you live them,” Volkswagen Smileage is a mobile app and web service that aims to add a little bit of fun to every drive, from your daily commutes to holiday road trips. The app measures the fun factor of each trip using a metric called “smileage,” based on signals like weather, traffic, location, time and social interactions (e.g., a long drive on a sunny Saturday afternoon might accumulate more smileage than a morning commute in the snow). You can use it with any car, not just Volkswagens.



Powered by the new Google+ sign-in, you can choose to share Smileage experience with friends and family. For example, during a road trip, photos and videos taken by you and your co-passengers can be automatically added to a live interactive map. The inspiration for the service came from a recent study showing that every day, 144 million Americans on average spend 52 minutes in a car—76 percent of them alone. We wanted to make that time a more shareable experience. Volkswagen Smileage will be available soon in beta—you can sign up on this webpage for early access.







We’ll have many more experiments to share in the Art, Copy & Code project soon—subscribe for updates at ArtCopyCode.com. We’re committed to investing in technology and tools over the long term to help brands and their agencies succeed not just today, but in a digital future that will look very different.



If you’re planning on attending SXSW, stop by the Google Playground on March 9 to see demos of these experiments, or attend our talk on March 10.



Wednesday, March 6, 2013

Public Alerts for Google Search, Google Now and Google Maps available in Japan

With nearly 5,000 earthquakes a year, it’s important for people in Japan to have crisis preparedness and response information available at their fingertips. And from our own research, we know that when a disaster strikes, people turn to the Internet for more information about what is happening.



With this in mind, we’re launching Google Public Alerts today in Japan—the first international expansion of a service we debuted last year in the United States. Google Public Alerts is a platform designed to provide accurate and relevant emergency alerts when and where you’re searching for them online.



Relevant earthquake and tsunami warnings for Japan will now appear on Google Search, Google Maps and Google Now when you search online during a time of crisis. If a major earthquake alert is issued in Kanagawa Prefecture, for example, the alert information will appear on your desktop and mobile screens when you search for relevant information on Google Search and Google Maps.






Example of a Google Search result on a tablet showing a tsunami warning






Example of a tsunami warning on Google Maps



If you click “詳細” (“More info”) right under the alert, you’ll see more details about the announcement, including the full description from the Japan Meteorological Agency, a link to their site, and other useful information like observed arrival times and wave heights for tsunamis.






Example of how a tsunami alert would work in Fukushima



And when you open Google Now on your Android device, recommended actions and information will be tailored to where you are. For example, if you happen to be in Tokyo at a time when a tsunami alert is issued, Google Now will show you a card containing information about the tsunami alert, as well as any available evacuation instructions:






Example of a tsunami warning card on Google Now



We’re able to provide Public Alerts in Japan thanks to the Japan Meteorological Agency, whose publication of data enables Google and others to make critical and life-saving information more widely available.



We hope our technology, including Public Alerts, will help people better prepare for future crises and create more far-reaching support for crisis recovery. This is why in Japan, Google has newly partnered with 14 Japanese prefectures and cities, including seven from the Tōhoku region, to make their government data available online and more easily accessible to users, both during a time of crisis and after. The devastating Tōhoku Earthquake struck Japan only two years ago, and the region is still slowly recovering from the tragedy.



We look forward to expanding Google Public Alerts to more countries and working with more warning providers soon. We also encourage potential partners to read our FAQ and to consider putting data in an open format, such as the Common Alerting Protocol. To learn more about Public Alerts, visit our Public Alerts homepage.



Celebrating Google Play’s first birthday

Accessing digital entertainment should be simple, whether you like to read books on your tablet, listen to music on your phone and computer, or watch movies on all three. That’s why one year ago today we launched Google Play, where you can find and enjoy your favorite music, movies, books and apps on your Android phone and tablet, or on the web.



Google Play has grown rapidly in the last year, bringing you more content in more languages and places around the globe. In addition to offering more than 700,000 apps and games, we’ve partnered with all of the major music companies, movie studios and publishers to bring you the music, movies, TV shows, books and magazines you love. And we’ve added more ways for you to buy them, including paying through your phone bill and gift cards, which we're beginning to roll out in the U.K. this week.



Since no birthday is complete without presents, we’re celebrating with a bunch of special offers across the store on songs, TV shows, movies and books. We’re even offering a collection of games with some fun birthday surprises created by developers.



It’s been a busy year, but we’re just getting started. We look forward to many more years of bringing you the best in entertainment!







Tuesday, March 5, 2013

Transparency Report: Shedding more light on National Security Letters

Our users trust Google with a lot of very important data, whether it’s emails, photos, documents, posts or videos. We work exceptionally hard to keep that information safe—hiring some of the best security experts in the world, investing millions of dollars in technology and baking security protections such as 2-step verification into our products.



Of course, people don’t always use our services for good, and it’s important that law enforcement be able to investigate illegal activity. This may involve requests for personal information. When we receive these requests, we:



  • scrutinize them carefully to ensure they satisfy the law and our policies;

  • seek to narrow requests that are overly broad;

  • notify users when appropriate so they can contact the entity requesting the information or consult a lawyer; and

  • require that government agencies use a search warrant if they’re seeking search query information or private content, like Gmail and documents, stored in a Google Account.



When conducting national security investigations, the U.S. Federal Bureau of Investigation can issue a National Security Letter (NSL) to obtain identifying information about a subscriber from telephone and Internet companies. The FBI has the authority to prohibit companies from talking about these requests. But we’ve been trying to find a way to provide more information about the NSLs we get—particularly as people have voiced concerns about the increase in their use since 9/11.



Starting today, we’re now including data about NSLs in our Transparency Report. We’re thankful to U.S. government officials for working with us to provide greater insight into the use of NSLs. Visit our page on user data requests in the U.S. and you’ll see, in broad strokes, how many NSLs for user data Google receives, as well as the number of accounts in question. In addition, you can now find answers to some common questions we get asked about NSLs on our Transparency Report FAQ.





You'll notice that we're reporting numerical ranges rather than exact numbers. This is to address concerns raised by the FBI, Justice Department and other agencies that releasing exact numbers might reveal information about investigations. We plan to update these figures annually.







(Cross-posted on the Public Policy Blog)

Monday, March 4, 2013

Introducing Art Talks on Google+

An excellent guide often best brings an art gallery or museum’s collections to life. Starting this week, we’re hoping to bring this experience online with “Art Talks,” a series of Hangouts on Air on our Google Art Project Google+ page. Each month, curators, museum directors, historians and educators from some of the world’s most renowned cultural institutions will reveal the hidden stories behind particular works, examine the curation process and provide insights into particular masterpieces or artists.



The first guided visit will be held this Wednesday, March 6 at 8pm ET from The Museum of Modern Art. Deborah Howes, Director of Digital Learning, along with a panel of artists and students, will discuss how to teach art online. To post a question, visit the event page. If this talk falls too late for you to tune in live, you can watch afterward on our Google Art Project YouTube channel.



The next talk is from London. On March 20, Caroline Campbell and Arnika Schmidt from the National Gallery will discuss depictions of the female nude. Details are available on the Art Project’s event page. In April we’ll host a panel examining one of the Google Art Project’s popular gigapixel works, Bruegel’s “Tower of Babel,” featuring Peter Parshall, curator at the National Gallery of Art in Washington.







Additional talks are planned by curators from high-profile institutions such as The Metropolitan Museum of Art, the Museum of Contemporary Art in Los Angeles, the Museo Nacional de Arte in Mexico and the Museum of Islamic Art in Qatar.



Google Art Project aims to make art more accessible to all. We hope that Art Talks is the next step in bringing art to your armchair, wherever you are in the world, with just a click of a button. Stay tuned to the Art Project and Cultural Institute Google+ pages for more information on dates and times of these online lectures.